
Seluruh peserta yang menghadiri Perjalanan Aksi #BersamaCegah Stunting tertawa setelah mendengar testimoni orang tua TK PK Budi Rahayu pada 9 November 2022 lalu. Strategi mengajari anak dengan Isi Piringku ternyata mengubah pola makan sekeluarga. Kok bisa?
Hayo siapa yang belum kenal dengan Isi Piringku? Nah bagi Anda yang belum tau, Isi Piringku merupakan formulasi makan yang memenuhi gizi, protein, karbohidrat, dan mineral yang dibutuhkan oleh manusia dengan membagi porsinya. Sepertiga karbohidrat, sepertiga sayuran, seperenam protein nabati dan hewani serta seperenam buah-buahan. Jangan lupa juga minum air putih, berkegiatan fisik aktif, serta rajin mencuci tangan.
Tentunya kehadiran Isi Piringku ini tidak hanya untuk anak-anak lho, orang dewasa juga bisa menerapkan porsi Isi Piringku sehari-hari. Tapi bagaimana cara membiasakannya ya? Ternyata dari perjalanan ini ada beberapa trik yang bisa digunakan dalam melatih diri mengonsumsi makanan sehat.
Masak Bekal Anak Malah Jadi Ikutan Makan Sehat

Kebiasaan makan sehat yang diajarkan oleh TK PKK Budi Rahayu malah membuat sekeluarga akhirnya makan sehat. Testimoni ini diberikan oleh orangtua murid, ketika diminta untuk membawa bekal untuk anaknya di TK. Memang, TK ini sudah menerapkan Isi Piringku sehingga anak-anak terbiasa untuk mengonsumsi makanan yang seimbang dan bergizi.
“Iya soalnya kalau masakin buat anak, berarti satu rumah harus makan,” ungkap orangtua murid dengan semangat (untuk menghemat tenaga supaya cuma masak sekali, hahaha).
Keterpaksaan ini berbuah manis, yang sebelumnya makan-makanan dengan gizi yang tidak teratur, orangtua kini belajar bagaimana cara memilih bahan makanan dengan gizi seimbang buat anak-anaknya. Pihak TK juga mempersiapkan makanan dengan porsi kecil dan variatif. Ketika saya berkunjung, tampak makanan dengan piring-piring kecil berwarna warni.
Anak-anakpun makan berurutan dengan satu buah jeruk sebagai pembuka, lalu mulai menikmati satu potong ayam, dengan nasi yang dicetak dengan bentuk beruang, serta sayur tahu bening yang menjadi bagian penting dalam keseimbangan buah, karbohidrat, sayur, protein nabati, dan hewani. Tidak lupa air putih dan susu sebagai pelengkap nutrisi.
“Dulu kalau makan sayur suka milih, sekarang hampir semua sayur dia suka” – ungkap wali murid yang lain.


Kalau kata Bu Lastri dari TK PKK Budi Rahayu, kebanyakan anak-anak menolak makan sayur karena tidak kenal. Akhirnya ketika sayur tersebut dikenalkan dengan cara yang berbeda, akhirnya anak-anak mulai suka bahkan meminta pada orangtuanya agar dibuatkan sayur di rumah. Selain itu anak juga dikenalkan beragam karbohidrat, protein nabati dan hewani, serta beragam buah-buahan sehingga mereka paham rasa makanan.
“Kita juga melatih anak-anak belanja di supermarket, nah ternyata mereka langsung pergi ke tempat sayuran, padahal uangnya cuma sedikit hahaha. Akhirnya kembali dari supermarket mereka diarahkan untuk beli susu,” ungkap Bu Lastri.
Mengukur Dengan Tepat, Semua Pas Dengan Kadarnya

Semua ada kadarnya, begitulah ilmu yang saya dapatkan ketika berkunjung ke Kricak, salah satu desa yang berada di Kota Yogyakarta. Dulu, desa ini memiliki angka prevalensi stunting yang tertinggi di Kota Yogyakarta, dan kini sudah berkurang jauh berkat program Bunda Mengajar yang merupakan kerjasama Danone Indonesia, Human Initiative dan Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Satu kata kunci yang membantu keadaan stunting adalah “mengukur”.
Pada awal program, sering sekali para relawan menemukan salah ukur pada anak-anak, karena sistem posyandunya masih keliling. Solusinya, sistem posyandu dipusatkan sehingga pengukurannya lebih tepat dan efektif, sambil membuka kesempatan untuk bercengkrama bersama warga dan memudahkan pendataan anak yang stunting. Bila ada orangtua yang memiliki anak stunting, maka mereka akan diajari bagaimana cara memasak, supaya anak-anak mendapatkan makanan yang baik dan seimbang gizinya.
Tentunya masalah ukur-mengukur ini berlaku pada tiga hal penting yang menjadi fokus Bunda Mengajar, mulai dari mengukur kesehatan dengan solusinya posyandu, lalu mengukur edukasi gizi kepada orangtua dengan cara mengadakan pelatihan penanganan stunting, serta ukuran ekonomi yang didukung dengan koperasi. Seluruh unsur ini akhirnya mewujudkan program Urban Farming di kawasan Kricak sejak tahun 2015 bekerjasama dengan Kelompok Tani Ngeremboko.



Selain ukuran wilayah program Bunda Mengajar yang sangat kecil, di level Rukun Warga, ukuran urban farmingnya juga sederhana dengan konsep “dekat dengan warga”. Berbagai tanaman seperti selada, cabai, jahe, hingga anggur, ditanam di sekitar gang perumahan warga, dijaga oleh masyarakat sekitar, dan dinikmati oleh masyarakat sekitar. Ukuran kedekatan ini ternyata juga menjadi kunci dalam kehidupan yang lebih bergizi. Pas dengan kadarnya.
Anggurnya enak, saya disuruh warga untuk langsung mencoba. Sayang seladanya ga bisa saya bawa pulang.
Merdeka Memilih Makanan Sehat di Mana Saja

Kemerdekaan dalam memilih makanan sehat sangat terasa ketika saya mengunjungi Warung Anak Sehat (WAS) di SDN Kotagede 3 Yogyakarta. Rasanya diberikan makanan serba sehat di kantin sekolah itu membuat saya ingin memakan semua santapannya. Apalagi makannya bervariatif mulai dari yang manis sampai yang gurih, dan disajikan dengan piring tanpa bungkus plastik. Sungguh ketika saya mengetik ini perut saya jadi lapar lagi.
Ternyata, Ibu Runggayatri sebagai kepala sekolah dari SDN Kotagede 3 Yogyakarta memberitahu kami bahwa sekolah ini merupakan sekolah ramah anak, dan tidak menjual makanan kemasan plastik dengan bebas pewarna dan pengawet buatan. Sehingga anak-anak dilatih untuk jajan sehat dan mengurangi sampah dengan membawa kemasan makanan dan minuman yang berulang pakai.


Kemampuan dalam menyajikan makanan kantin yang sehat menjadi ilmu yang diterima oleh Ibu Nuryani dalam program Ibu Warung Anak Sehat. Ia mendapatkan pelatihan intensif edukasi gizi pada anak, berbagai bantuan wirausaha ketika pandemi melanda, serta bisa mengembangkan usaha yang dahulunya di kantin menjadi berjualan online.
WAS merupakan komitmen dari danone untuk memberikan informasi gizi ke anak-anak sejak 2011 lokasinya tersebar di beberapa tempat. Misinya adalah mengubah kebiasaan agar mengkonsumsi jajanan sehat, edukasi guru dan siswa untuk mengenalkan pola makan sehat, serta meningkatkan kapasitas ibu kantin secara ekonomi dan kemandirian secara sosial.
Sungguh nyata. Ketika saya sampai ke kantin, kondisi sekolah sedang ‘keluar main’ alias istirahat. Bayangkan saja ada 338 siswa secara berbarengan mengelilingi ibu kantin seraya berkata:
“Bu, tumbaaaassss!” (Bu, beli!)
Akhirnya saya mundur ke luar kantin dan membiarkan anak-anak untuk menjelajahi makanan bergizi dan sehat hari itu.
Semangat Untuk Entaskan Stunting Demi Generasi yang Lebih Baik

Menyambut November, bulannya hari Kesehatan Nasional, Indonesia masih mengalami ancaman malnutrisi. Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK., Medical & Scientific Affairs Director Danone Specialized Nutrition Indonesia, menyatakan ancaman malnutrisi masih terjadi dengan banyaknya stunting. Meski ada penurunan 24% di 2021, Indonesia masih memiliki target menurunkan anka stunting menjadi 14% untuk bonus demografi yg baik.
“Stunting dan Anemia, serta masalah gizi lainnya merupakan masalah kompleks. Sehingga untuk penyelesaiannya perlu diputus mata rantainya” ujar dr. Ray
Hingga saat ini, 20% masyarakat masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi ini rawan menimbulkan stunting, didukung pula rendahnya konsumsi protein hewani. Sehingga stunting dan masalah gizi lainnya hadir dalam lingkaran masalah kompleks yang melibatkan berbagai faktor resiko. Terutama ada 2 masalah malnutrisi: stunting dan anemia. Anak dr ibu anemia, akan risiko stunting. Jika tidak dihentikan, maka alur ini akan terus berjalan, sehingga butuh langkah konkrit dalam memutus mata rantai tersebut.


Danone Indonesia bergerak dengan 4 pilar untuk memberikan impact menurunkan anemia dan stunting yaitu penelitian, edukasi, inovasi produk dan kemitraan. Beberapa program yang telah berjalan dengan kemitraan berbagai pihak adalah Isi Piringku, Bunda Mengajar, dan Warung Anak Sehat. Baik bekerjasama dengan stakeholder lain serta pemerintahan.
Salah satunya kerjasama Danone Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor untuk mengembangkan Isi Piringku. Ahli Gizi dari dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) – Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MSi., berharap konsep Isi Piringku dapat membiasakan masyarakat mencukupi gizi termasuk zat gizi makro dan mikro, serta menjaga imun tubuh. Sehingga konsepsi makan asal kenyang dan ada tidak menjadi kebiasaan lagi.
Tentunya perjalanan “Bersama Cegah Stunting” merupakan langkah yang harus terus berjalan untuk menciptakan generasi lebih sehat di masa depan. Akhirnya saya mengakhiri perjalanan ini sambil berpikir, mau makan sehat apalagi hari ini?