Tidak perlu hidangan mahal, yang penting inovasi mahal dari Gorontalo untuk tingkatkan gizi balita.Β

Para balita yang telah berhasil keluar dari kondisi stunting (kerdil) di Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo (foto : Akbar Muhibar)
Gorontalo, sebuah provinsi yang ada di utara Pulau Sulawesi ini merupakan salah satu yang termuda diantara Provinsi lainnya di Indonesia. Pemerintah daerahnya juga lagi semangat-semangatnya membenahi berbagai masalah Sumber Daya Manusia, salah satunya adalah dengan pembenahan kesehatan masyarakatnnya. Bahkan jurus-jurus yang dikeluarkan terbukti mampu untuk menurunkan angka stunting, atau biasa disebut dengan kondisi kerdil. Salah satunya dengan inovasi memanfaatkan hidangan daerah, yang disulap sebagai pelengkap gizi anak.
Bagaimana bisa? Padahal banyak masyarakat yang masih berpikiran hidup sehat itu mahal sekali. Harus pergi ke pusat kebugaran lah, atau membeli makanan yang bahkan tidak ditanam di Indonesia seperti gandum, granola, atau kacang-kacangan yang memiliki nama asing semua. Tentu ketika melihat artikel soal hidup sehat di internet, sudah terbayang berbagai istilah berbahasa Inggris yang membuat pusing kepala. Aduh.
Tapi kondisi berbeda saya rasakan ketika berkunjung langsung di Pos Gizi Desa Haya Haya di Provinsi Gorontalo, dalam kegiatan Kunjungan Lapangan Tematik yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bersama dengan ibu Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, saya menyaksikan langsung kearifan lokal yang sukses menjadi senjata untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Lebih daripada ide, masyarakat desa yang berjarak 1,5 jam dari Kota Gorontalo ini berhasil berubah berkat inovasi mereka.

Kunjungan Ibu Menkes ke Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo dalam kegiatan Kunlaptik Kemenkes RI. (foto : Akbarmuhibar)
Stunting Itu Apa?
Stunting atau bahasa Indonesianya adalah kerdil, merupakan kondisi bayi yang tumbuh dibawah standar tinggi dan berat normal. Tanda-tanda ini biasanya terlihat dari kondisi bayi yang lahir lebih pendek dari biasanya. Bila tidak ditangani dengan intervensi gizi yang baik, kemungkinan besar bayi akan tumbuh tidak optimal hingga dewasa.
Meski urusannya hanya masalah gizi, dampak yang ditimbulkan bisa lebih besar daripada penyebabnya. Bisa jadi anak tersebut memiliki tubuh yang lebih pendek, lebih kurus, serta berpengaruh dengan pertumbuhan kognitifnya. Mulai dari kesulitan berkomunikasi hingga berpikir, sehingga berpotensi untuk menjalani kehidupan yang jauh dari kata normal.
Penyebabnya apa? Kebiasaan makan yang kurang tepat dari keluarga dan kekurangan informasi mengenai gizi di masyarakat. Sehingga dibutuhkan solusi perbaikan pola makan dari remaja, asupan gizi yang tepat ketika hamil, hingga memberikan Air Susu Ibu Eksklusif selama enam bulan. Tidak lupa juga memperbaiki pola pengasuhan, sehingga bayi dapat menerima nutrisi yang tepat selama awal hidupnya.
2 Aturan Untuk Balita Lebih Sehat di Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo
Kondisi stunting atau kerdil pada balita memiliki berbagai penanganan khusus yang dipantau oleh tim Pos Gizi di Desa Haya Haya. Biasanya para ibu hamil sudah diberikan berbagai informasi kesehatan sebagai persiapan mereka menjadi seorang ibu, sehingga bayi dapat tumbuh optimal. Namun banyak juga para ibu yang tidak mampu untuk memberikan asupan terbaik pada bayinya, sehingga harus diintervensi langsung oleh tim Pos Gizi.

Pos Gizi Desa Haya Haya terletak di Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo. (foto : Akbarmuhibar)
Para ibu yang ingin memeriksakan kondisi anaknya di Pos Gizi harus mematuhi 2 aturan sederhana, agar proses berjalan dengan maksimal. Di titik ini saya merasa terkejut, ternyata tidak perlu banyak aturan yang harus dipatuhi supaya para ibu dan balita dapat mendapatkan pelayanan dari tempat ini. Aturan pertama adalah tepat waktu, dan yang kedua adalah para ibu dilarang membawa uang jajan, ataupun snack.
Dititik ini saya tertegun, memang salah satu penyakit anak kecil yang sering dibiarkan oleh para orangtua adalah jajan sembarangan. Sudahlah uang yang dikeluarkan tidak sedikit, jajanan atau snack yang dimakan ternyata tidak bergizi pula. Duh, jadi serba salah. Ternyata Pos Gizi desa ini berusaha memotong rantai kebiasaan jajan sembarangan, dan menggantinya dengan sajian nikmat yang penuh gizi selama 12 hari lamanya.
Intervensi Makanan Selama 12 Hari berturut-turut
Baru masuk ke ruangan, seketika perhatian tercuri dengan deretan piring yang menerbitkan selera makan saya. Ada 12 menu berbeda setiap harinya, dan saya hanya bisa menelan ludah saja. Gleg, enak tampaknya.

12 makanan ada di atas meja sebagai bentuk intervensi gizi pada anak stunting. Saya sih hanya bisa menelan ludah melihat makanan lezat ini. (foto : Akbarmuhibar)
Beruntung saat itu saya bertemu dengan Ibu Elvian, salah satu Petugas Gizi di Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo yang baik hati memberikan berbagai informasi menarik mengenai 12 menu makanan ini. Ternyata menu ini terlah dirancang dengan sedemikian rupa unntuk memenuhi gizi, tanpa meninggalkan sentuhan inovasi kuliner dari Gorontalo.
Faktanya, 12 makanan ini diperuntukkan untuk memperbaiki gizi para bayi dan balita yang ada dalam kondisi stunting. Kaidah yang digunakan adalah Isi Piringku, alias pembaharuan dari 4 sehat 5 sempurna yang sudah jadul. Rumusnya sederhana, 1/3 makanan itu karbohidrat, 1/3 lagi sayuran, 1/3 terakhir adalah lauk dan buah.
Tanpa susu ya, soalnya suka ketipu antara susu atau gula, hahaha.
Ibu Elvian juga kasih tau, berbagai makanan ini disesuaikan dengan sumber makanan yang ada di dapur keluarga Desa Haya Haya. Jadinya masakan ini mudah dibuat di rumah, dengan harga yang murah dan nikmat di lidah anak-anak. Para ibu juga dilatih masak di Pos Gizi ini, sehingga nafsu makan anak lebih meningkat dan terhindar dari kondisi stunting.

Tidak cuma diberikan makanan penuh gizi, para ibu juga dilatih memasak makanan enak di Pos Gizi ini. Melihat prosesnya saja sudah langsug lapar. (foto : Akbarmuhibar)
Nantinya setiap bayi yang hadir akan ditandai melalui tabel informasi di dinding, apakah mereka datang rutin ke Pos Gizi, hingga porsi makanan yang mereka nikmati setiap harinya. Berat badan mereka juga dipantau terus menerus, supaya lekas tercukupi gizinya. Tapi Ibu Elvian juga cerita ada juga orang tua yang tidak telaten, sehingga kondisi anaknya sulit membaik. Duh.

Untuk memantau kesehatan anak, di dinding Pos Gizi ada daftar absen yang memperlihatkan seberapa banyak makanan yang telah dihabiskan setiap harinya. (foto : Akbarmuhibar)
Padahal kalau saya ke sini terus, niscaya berat badan naik maksimal. Wong makanannya enak kok. Mulai dari godaan Sup Bola-Bola Tahu , hingga Perkedel Tempe yang renyah dan pasti disukai sebagai sumber protein nabati sehat.
Tidak hanya itu, ada satu hidangan rahasia yang bisa membuat anak-anak nafsu makan. Citarasanya yang gurih dan manis, membuat saya terkesima dengan sajian yang satu ini. Namanya Podeng Kasubi, alias puding asli dari Gorontalo.
Podeng Kasubi, Citarasa Tradisional Penambah Nafsu Makan

Podeng Kasubi, makanan favorit saya dari Gorontalo. Kalau boleh pengen saya bawa semua ke Jakarta untuk dinikmati keluarga. (foto : Akbarmuhibar)
Terbuat dari singkong, gula merah, santan, telur danΒ maizena, sajian Podeng Kasubi asli dari Gorontalo ini ternyata memiliki nilai gizi yang oke. Hanya 150 kalori dalam satu sajiannya, sehingga cocok memenuhi asupan karbohidrat dan protein untuk anak. Bahan-bahan alami dalam sajian ini lebih baik daripada kandungan buatan yang ada di snack anak pasaran.
Kelihatannya enak, tapi saya belum berani coba sebelum Bu Menkes mencicipinya.
“Bu, icipin bu!”
Bu Menkes mengambil Podeng Kasubi.
“Jatahnya anak-anak dimakan!” ujar Bu Menkes.
Seketika saya dan para wartawan tertawa, sambil mengabadikan momen tersebut di dengan kamera masing-masing. Kalau kata Bu Menkes sih, rasanya mirip dengan bubur kampiun dari Sumatera Barat. Enak dan gurih.

Ibu Menkes Nila Moeloek mencoba hidangan Podeng Kasubi di Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo. (foto : Akbarmuhibar)
Saya sendiri berkesempatan merasakan sajian rahasa penambah nafsu makan anak ini, setelah rombongan Ibu Menkes bersiap-siap untuk meninggalkan Pos Gizi Desa Haya Haya. Rasanya? Campuran santan gurih dengan campuran gula merah yang manis, membuat saya tidak berhenti menikmati hidangan ini. Teksturnya yang lembut juga memudahkan anak-anak untuk menikmati sajian ini.
Kalau kata Ibu Elvian, sajian Podeng Kasubi ini merupakan salah satu inovasi juga untuk menggantikan sajian bubur kacang hijau yang biasa diberikan. Saya langsung berpikir, langkah ini brilian karena dulu saya tidak begitu menikmati bubur kacang hijau akibat teksturnya yang kadang keras dan lembek. Akhirnya sering saya buang, atau disedot kuahnya tanpa memakan kacangnya.

Menikmati Podeng Kasubi di akhir kunjungan Pos Gizi Desa Haya Haya Gorontalo, Bakal kangen makanan ini deh. (foto : Akbarmuhibar)
Ide itu tidak berharga, yang mahal adalah eksekusinya
Perjalanan ini membuat saya kembali mengingat sebuah ungkapan yang berkesan. Ide itu sebenarnya tidak berharga, yang mahal adalah eksekusinya. Karena kegiatan di Pos Desa Haya-Haya dulunya hanya sebuah program swadaya masyarakat di tahun 2014, dan dibina oleh Puskesmas Kecamatan.
Sekarang Kabupaten Gorontalo menerapkan program serupa di seluruh desa, hingga terintegrasi dengan Dana Desa di 2017. Bahkan sistem ini berjalan dengan baik dengan adanya Therapeutic Feeding Center (TFC) Kabupaten Gorontalo, sebagai tempat rujukan rawat yang lebih intensif. Hasilnya mengesankan, angka stunting turun dari 40,7% persen di tahun 2015, kini menjadi 32,3% di tahun 2017.
Semangat masyarakat Desa Haya Haya dalam mencari solusi akan permasalahan desanya, menjadi kesan mendalam saat kunjungan lapangan tematik ini. Meski jauh dari kelengkapan medis ibukota, mereka bahu membahu memutar otak memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekeliling desa. Demi menyelamatkan anak-anak bangsa yang akan menjadi tombak kemajuan nusantara di masa depan.
Terbaik.
Cerita Kunjungan Lapangan Tematik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang diadakan pada 16-19 Juli 2019 ini juga dikemas dalam bentuk Vlog, yang dapat dinikmati melalui chanel Akbarjourney di Youtube dalam dua seri.
Ahhh jadi kangen Gorontalo deh hehe. Btw semoga aja ya masalah stunting ini bisa diatasi dengan baik dan ga ada lagi balita yang menderita stunting.
Wah keren Akbar, aku jadi penasaran ini nanti mau cek tumbuh kembang anakku. Apakah dia mengalami stunting, jujur agak watir. Makasih ya untuk informasinya.
wohoo perjalanan ke Gorontolanya penuh ilmu dan wawasan yaaaa… now I know apa itu stunting berkat blog inj. Makasih kakakkk akbar buat artijelnya.
Waah aku gagal pokus sama Pokasnya..
Gampang banget bikinnya, bahan bahannya pun murmer, ahh langsung bikin ahh..
Makanan yang bergizi pisan ini maah ..
Pelatihan memasak agar nilai gizi tidak hilang . ingat posyandu , di kasih makanan gratis.pencatatan kesehatan anak dan imunisasi di perlukan agar si anak tidak stuting. Salau sama pemerintah gorontalo yang berinovasi atasi stuting, bagaimana dengan kota lain ya?
Pudingnya khas Gorontalo ya mas, oh iya dengan mengajari ibu-ibu memasak yang bergizinalan mengurangi anak-anak berisiko stunting ya
wah makanannya enak2 ya… dan bergizi. thanks udah sharing π
Wah ternyata kasus stunting ini Emang udah harus ditangani sejak bayi ya. Pemenuhan gizi harus segera diberikan bila melihat tanda2 anak mengalami stunting sejak lahir.
Wah inovasi-inovasi kayak gini yg sebaiknya ditiru sama daerah lain.
semoga lewatprogram Kemenkes, Indonesia bebas stunting
wah mas akbar sampe pergi kesana utk menyajikan informasi ini? luar biasaaa…
Nah yang begini ya desa yang pasti akan bikin warganya aware terhadap kesehatan anak. Meskipun alat belum lengkap tapi semangat menjaga kesehatan ada.
Puding kasoebi itu mungkin kaya talam singkong kali ya. Ikut celeguk saya, bar hehe
Bener banget mba diah, enyak pokoknya π
iya mbak. Bedanya hanya ditambah gula merah kental untuk menambah rasa manis menganti gula putih.
Pokas kayanya menarik nih untuk dibikin sendiri.
Bisa banget, camilan berfaedah~
Wah ternyata dipelosok malah kita bs belajar banyak yaaa
Kadang-kadang malah bikin kejutan mas unggul, dengan hal sederhana bisa menyelesaikan masalah besar kita π
wuihhh lengkap banget Bar! thanks infonya, bikin ngiler pulak hehehe..
Terimakasih banyak mba zatta π
wah seru, pengen juga ikut kegiatan seperti ini yg di edukasi mengenai jumlah gizi yg dihasilkan setiap makanan. krn selama ini masak dirumah suka ragu2 sendiri kira2 ini pas ga ya jumlah gizinya buat si anak.
Nah, untuk awal kita bisa belajar memilih bahan makanan segar serta menghindari makanan yang sudah diproses / pabrikan. Insyaallah gizinya terjamin. Terima kasih sudah mampir mba miranti π
Duuh jadi pengen nyobain podeng kasubinya nih ka…ngeliatnya bikin ngeces. Tapi bener ya untuk memberikan asupan gizi pada anak ga perlu yg mahal2 dan ternyata hasil alam kita yg berlimpah ini bisa menjadi bahan baku untuk kebutuhan gizi anak2 kita. Keren ka infonya, makasih ya.
Bener banget mba hida, kapan lagi membahagiakan keluarga dengan makanan rumahan π
Aku baru tahu tentang podeng kasubi ini loh. Keren banget mas tulisannya
Terima kasih mba liswanti, mampir kembali ya π
singkong nya bisa diganti jagung jg mbak. Sebenarnya ini ada 2 resep snack sehat buat balita, yaitu dari bahan singkong dan jagung.
belajar dari desa ya mas ini namanya.. dengan kearifan lokalnya
Tidak hanya Haya-Haya, banyak kearifan lokal yang bisa kita pelajari di dekat kita. Semoga bisa dipelajari pelan-pelan
Makasih infonya. Jadi tahu apa itu stunting dan cara ngatasinya.
Terima kasih kembali mba π
Keren! Thanks mas Akbar sudah menyebarluaskan keberhasilan Kabupaten Gorontalo dalam mengatasi masalah stunting berbasis masyarakat. Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain dan bersama-sama bergerak mengurangi masalah stunting. Thanks Gorontalo, you did it!