Sinergitas Eradikasi Kusta di Indonesia

Selama sepuluh tahun mengalami stagnansi, kasus kusta di Indonesia tetap menjadi nomor tiga di dunia dengan jumlah sebanyak 18 ribu kasus, setelah India dan Brazil. Angka ini menjadi perhatian besar, karena sebagian diantara penderita kusta dapat menjadi disabilitas bila tidak dirawat secra intensif. Sehingga dibutuhkan sosialisasi yang intensif mengenai apa itu kusta, dan bagaimana cara pencegahan serta perawatannya untuk masyarakat. Salah satunya adalah program Ruang Publik KBR yang mengangkat tema Sasakawa Health Foundations & Kusta di Indonesia pada Selasa, 25 Juli 2023, pukul 09.00 – 10.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri oleh Aksen Sinaga, Direktur Eksekutif NLR Indonesia, Mrs. Aya Tobiki Chief Program Officer Hansen’s Disease Program, Sasakawa Health Foundation, dan Andri Yansyah, OPMYK dan Ketua Permata Bulukumba.

”Sasakawa Health Foundation merupakan Non Governmental Organization (NGO) Jepang yang berpusat di Tokyo. Kami bergerak dalam Leprocy program, dimana kami melakukan upaya pengendalian penyakit, mengeliminasi diskriminasi, serta menjaga sejarah mengenai kusta. Itulah tiga pilar kami.” ungkap Mrs. Aya.

Sasakawa Health Foundation berdiri pada tahun 1974 dan memiliki tujuan untuk mengeradikasi kusta di dunia, serta menyebarkan pesan bahwa yang terpenting adalah memanusiakan manusia dalam hak yang sama dan setara. Hal ini dianggap penting dalam proses pendekatan pencegahan kusta, seperti yang diungkapkan Andri Yansyah di mana ada beberapa hal yang melekat di dalamnya, yaitu seakan-akan martabatnya tidak seperti sebelumnya. Apalagi dengan status ekonomi yang berkekurangan, dan rumpun keluarga petani di mana martabatnya menjadi berbeda. Hal ini yang Andri rasakan saat 2011 hingga 2015, sebelum akhirnya bermitra dengan NLR dan berkegiatan aktif di dalamnya.

”Dulunya kalau sering ikut kegiatan, tetapi setelah teman-teman tahu saya kena kusta, mereka jarang datang ke rumah, dan kalaupun kami bertemu di jalan ya jarang juga say hello. Menurut saya inilah sesuatu yang tidak memanusiakan secara bermartabat. Namun saat ini karena sudah berkecimpung di organisasi, banyak perubahan yang terjadi, dan saya lihat banyak orang yang sudah memanusiakan saya secara pribadi. ungkap Andri.

Aktif sebagai ketua Permata di Bulukumba, Andri menjalankan berbagai program untuk memberikan pelatihan dan kegiatan tentang kusta secara medis dan pengalaman Orang Yang Pernah Menderita Kusta (OYPMK) didukung oleh NLR Indonesia. Pengembangan kapasitas yang diberikan oleh NLR Indonesia kepada OYPMK, juga berhasil membuat Andri keluar dari self stigma, terutama yang diberikan keluarga serta masyarakat, sehingga mampu kembali percaya diri dan berkarya. Hal ini dipertegas juga oleh Aksen Sinaga, Direktur Eksekutif NLR Indonesia, yang mengungkapkan beberapa misi yang terus dijalankan NLR Indonesia. Mulai dari mencegah penyebaran dan memudahkan pengobatan kusta, mencegah diskriminasi kepada para penderita kusta, serta disabilitas yang inklusif.

”Kami mencoba melihat gap yang belum mampu dan belum mau disentuh dalam penanganan kusta di Indonesia. Pemerintah sudah memiliki rencana aksi dan pedoman program. Pada dasarnya NLR Indonesia mendukung kebijakan tersebut, dan membuat inovasi sehingga penanganan kusta lebih cepat dan efisien. Kami juga memberikan techinal advice bagi pelaku program (kusta), serta edukasi masyarakat seluas-luasnya dengan metode konvensional dan di media sosial. Kita juga melakukan advokasi dan menjalin jejaring dengan para pelaku program untuk kusta. ” ungkap Aksen.

Aksen berpendapat, untuk Indonesia bebas dari kusta perlu kerjasama yang luas dengan pihak lainnya, baik jejaring NGO disabilitas, lembaga riset, serta kelompok-kelompok pemuda untuk mendorong pelaksanaan eliminasi kusta secepatnya, termasuk dengan Sasakawa Health Foundation. Sehingga tidak hanya inovasi serta kedekatan komunitas saja yang terlibat, namun juga mengembangkan jejaring dengan pemerintah serta NGO yang dapat mendukung keberlangsungan program eradikasi kusta berjalan dengan baik.

Tinggalkan komentar