Imunisasi Kejar Demi Proteksi Penyakit Menyeluruh

Imunisasi merupakan proteksi yang paling penting untuk anak demi menjaga kesehatannya lebih baik. Namun kondisi pandemi covid-19 menjadi kondisi yang berat untuk memberikan proteksi imunisasi pada anak-anak. Lalu bagaimana perkembangan imunisasi di Indonesia saat ini dan bagaimana langkah lanjut dalam pemberiannya? Temu Pegiat Media Sosial dalam rangka Pekan Imunisasi Dunia tahun 2024 pada Kamis, 4 April 2024 memberikan informasi secara umum mengenai upaya imunisasi dan bagaimana dampak yang terjadi bila imunisasi tidak segera dilaksanakan bersama narasumber dr. Prima Yosephine, MKM, Direktur Pengelolaan Imunisasi, Kementerian Kesehatan RI, serta Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi PP IDAI (Pimpinan Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia) di Rajawali Meeting Room, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 

“Ternyata masalah untuk imunisasi ini masih tetap ada. Oleh karena itu Pekan Imunisasi Dunia yang dilakukan untuk menggalang semua sektor untuk bisa kembali menjadi satu momentum untuk meningkatkan layanan imunisasi, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya imunisasi, ini penting untuk kita laksanakan.”

dr. Prima Yosephine, MKM

Pengalaman pandemi menjadi salah satu peristiwa nyata yang memperlihatkan akan pentingnya imunisasi dalam menahan penyebaran wwabah covid-19, dr. Prima menceritakan bahwa cakupan imunisasi turun dengan drastis selama covid-19 karena kesulitan membawa anak-anak ke pusat kesehatan dan rentannya kondisi anak tertular covid-19. Beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi adalah melakukan program Imunisasi Kejar, yaitu upaya untuk memberikan imuniasi pada anak-anak yang belum menerima bahkan yang sudah terlewat masa imunisasinya agar tetap memberikan proteksi bagi mereka.

“Di negara kita ini akibat pandemi memang waktu itu ya, ngga ada atau sedikit sekali ibu-ibu yang membawa anaknya ke layanan posyandu atau puskesmas, sehingga cakupan imunisasi memang turun dengan drastis. Coba di kejar, tahun 2022 kita lakukan bulan imunisasi anak nasional, tetapi memang belum terlalu bagus hasilnya. Sehingga anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi, atau belum lengkap imunisasinya, mumpung sekarang di Indonesia tahun 2022 tentu masih ada sisa yang belum terlayani entah itu karena sakit waktu pelayanan, atau memang orang tuanya belum mengerti atau masih kurang mengerti tentang pentingnya imunisasi, atau termakan hoax. Orang bilang jangan mau imunisasi nanti anaknya panas, rewel, sulit, lebih dipercaya. Padahal itu cuma sebentar, efeknya (imunisasinya) seumur hidup dan terlindungi. Kondisi inilah yang ingin kita kurangi.”

dr. Prima Yosephine, MKM

Situasi saat ini, masih ada 1,3 juta anak yang belum pernah imunisasi di Indonesia, tentu ini angka yang sangat besar yang memudahkan mereka sakit. Sehingga anak-anak yang belum imunisasi lengkap akan menghasilkan KLB, atau Kejadian Luar Biasa yang sangat mengkhawatirkan seperti campak, difteri, polio, tetanus, dan pertusis. Kejadian Luar Biasa yang tidak ditindaklanjuti akan membuat wabah tersebut menjadi tidak terkendali dan dapat menyebar ke wilayah lainnya.

Kondisi anak yang belum pernah diimunisasi, juga disebabkan oleh beberapa orang tua menolak untuk membawa anaknya mendapatkan imunisasi karena beberapa alasan berikut, seperti takut efek samping, jadwal imunisasi tidak pasti, tidak ada layanan imunisasi di sekitar mereka, takut disuntik lebih dari satu kali, dan takut demam dan rewel. Padahal demam dan rewel merupakan reaksi vaksin untuk pembentukan kekebalan, dan banyak kondisi lainnya yang bisa jadi terkait atau tidak terkait dengan proses pemberian vaksin.

Pentingnya imunisasi bagi setiap orang

Immunization Agenda 2030 dalam roadmapnya menyatakan bahwa imunisasi merupakan hak anak dan bayi yang harus dipenuhi, terutama untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Selain itu memastikan akses vaksin harus didapatkan oleh setiap orang, dan mengusahakan universal healthcare terus berlanjut. Mengapa harus terus berlanjut, karena banyaknya virus dan bakteri berbahaya yang ada disekitar kita, mudah menular ke orang atau anak yang tidak atau belum lengkap imunisasinya.

Padahal manfaat imunisasi itu tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat luas. Ada tiga manfaat utama pemberian imunisasi pada anak, pertama proteksi diri spesifik yang dapat melindungi diri dari penyakit tertentu, kedua proteksi kelompok atau herd immunity yang melindungi masyarakat rentan, ketiga proteksi lintas kelompok yang akan melindungi kelompok umur berbeda. Contohnya bila anak sudah di imunisasi, maka ia akan membantu orang dewasa untuk melindungi dirinya. Begitupun sebaliknya jika orang dewasa di imunisasi, maka ia akan mencegah anak-anak untuk tertular penyakit.

Bila tidak dilakukan, maka orang dewasa atau anak yang belum imunisasi atau imunisasinya belum lengkap, bisa tertular virus atau bakteri yang berbahaya akan sakit berat, kalaupun sembuh bisa cacat dan bahkan meninggal. Sehingga vaksinasi menjadi penting untuk membentuk kekebalan pada orang dewasa dan anak, karena bila sudah imunisasi lengkap bila tertular penyakit berbahaya dampaknya menjadi ringan dan cepat sembuh.

Apa bedanya Imunisasi dan Vaksinasi?

Menurut dr. Prima, Imunisasi merupakan nama program untuk pemberian serangkaian vaksin agar memberikan kekebalan tubuh yang reguler. Tidak hanya pemberian vaksin saja namun juga pemberian pendidikan dan menggerakkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin. Sedangkan vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin untuk penanggulangan wabah penyakit dan membentuk kekebalan imun. 

Imunisasi merupakan proses pengenalan virus pada tubuh manusia, dengan cara memasukkan virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh. Sehingga tubuh yang sudah terkena virus dapat segera membuat antibodi yang nantinya dapat menyerang virus yang kuat dengan lebih cepat karena sudah kenalan terlebih dahulu dengan virusnya. Lalu mengapa imunisasi bisa terjadi berkali-kali dengan jenis vaksin yang sama?

Tentunya kondisi antibodi yang telah dimasukkan dalam tubuh bisa turun, sehingga dibutuhkan vaksin ulang atau booster sehingga ketahanan tubuhnya bisa sempurna. Sehingga bila ada kasus penyuntikan vaksin dua kali, itu tidak menjadi masalah karena disesuaikan dengan ketahanan tubuh, serta ada beberapa vaksin yang memberikan rasa sakit yang lebih besar pada bagian awal atau bagian akhir dari proses pengulangan pemberian vaksin tersebut. Perlu diperhatikan juga juga ada batasan usia untuk pemberian vaksin yang optimal, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar. 

Bagaimana kecukupan vaksin di Indonesia?

Dalam jawabannya, dr. Prima menyatakan bahwa sebagian besar vaksin diproduksi 80% di dalam negeri sebelum adanya rangkaian imunisasi baru yang diwajibkan oleh pemerintah seperti HPV dan Rotavirus. Sehingga hari ini, produksi vaksin masih tergantung dengan kecukupan bahan-bahan dari luar negeri dan persentase produksi dalam negeri lebih rendah dari sebelumnya. Imunisasi baru yang diwajibkan saat ini belum bisa diproduksi sendiri dalam negeri dan harus diimpor dari luar negeri karena urgensi penyakit yang mengakibatkan kematian tertinggi terutama rotavirus dan HPV, sehingga vaksin harus segera masuk ke Indonesia.

Untuk produksi dalam negeri, tentunya butuh waktu yang cukup lama sehingga vaksin dapat dikembangkan dalam negeri, seperti vaksin DPT yang saat ini masih terkendala dengan bahan yang gagal produksi dan harus diimpor dari India. Vaksin-vaksin yang masuk ke Indonesia juga sudah melewati proses penjaminan oleh BPOM untuk keamanan kesehatannya, serta MUI yang melihat standar kehalalannya, sehingga dapat dipergunakan dengan aman. Dalam prosesnya juga dibutuhkan penguatan supply dan demand, supply memastikan imunisasi suntik dan tetes tetap tersedia, serta menjaga demand agar terus ada dengan sosialisasi dan edukasi mengenai imunisasi.

Apa akibat bila imunisasi tidak lengkap?

Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menyatakan bahwa imunisasi yang tidak lengkap dapat menyebabkan kita rentan untuk terjangkit beberapa penyakit, mulai dari TB yang dapat menyerang paru-paru, tulang, kelenjar pimpa, ginjal, lutut, dan otak dan bisa diantisipasi dengan vaksin BCG. Selain itu untuk mencegah anak lumpuh karena virus polio, antisipasi dengan vaksin polio rutin secara oral 4 kali dan suntik 2 kali di 9 bulan pertama kehidupan. Virus rubella yang dapat menyerang jantung, mata, dan sistem pernafasan bisa diantisipasi dengan vaksin campak rubella. Resiko penyakit diare karena rotavirus, difteri, dan campak juga dapat dikurangi dengan pemberian vaksin yang tepat. 

“Tidak ada kata terlambat untuk imunisasi, ayo silahkan kejar imunisasi yang masih bisa di kejar, ketika kita tahu ada yang belum lengkap sebagai hak anak-anak.”

dr. Prima Yosephine, MKM

“Mohon bapak ibu yang punya anak lihat catatan buku KIA masing-masing, bila belum lengkap silahkan dilengkapi bawa ke faskes terdekat. Posyandu, puskesmas, dan lain-lainnya. Bagi anak usia sekolah mohon dilengkapi juga.”

Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K)

Setiap anak di indonesia berhak dapat imunisasi, karena itu adalah hak mereka yang harus disediakan oleh negara. Sehingga tidak ada kata terlambat untuk imunisasi untuk terus berikhtiar kebal penyakit dan warisan kesehatan untuk anak cucu. Imunisasi kejar terus dilaksanakan di seluruh Indonesia untuk melengkapi imunisasi anak yang tertunda, sehingga dapat mencukupi rangkaian proses imunisasi yang menjadi hak anak-anak Indonesia. Sudah siap melengkapi imunisasi diri sendiri dan anak-anak kita? Ayo kita Imunisasi Kejar untuk melengkapi proteksi hidup kita.

Tinggalkan komentar